THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Time

Kamis, 26 Agustus 2010

Menuju Kota Bebas Polusi, Aman Dan Nyaman (The Ideal City)

Menuju

Kota Bebas Polusi, Aman Dan Nyaman (The Ideal City)

Udara terasa panas, asap pabrik, asap kendaraan sampai asap rokok berkeliaran menyekik saluran pernapasan, air tak lagi layak konsumsi karena sungai dan sumur tak berair murni. Ingin air yang layak harus merogoh uang banyak. Hijaunya kota dan rindangnya jalan lenyap ditelan para kapitalis apatis. Di lain sisi, keserakahan, berperilaku khianat, kecongkakan, terjangkit virus individual, latah, sikap materialis. Perilaku seperti itu tak sedikit kita temukan pada masyarakat perkotaan, baik para pemimpinnya maupun pion-pionnya. Itulah sedikit gambaran polusi kota-kota besar yang ada di negeri kita.
Pepatah mengatakan, "Penyesalan pasti datang di belakang, tak akan datang di depan" senada dengan gejolak jiwa masyarakat perkotaan sekarang. Berawal dari berita semua media. Ada yang mengatakan udara suatu kota sudah haram lagi untuk dihirup, juga banyaknya orang yang terjangkit asma, TBC dan bronchitis, banjir yang terus melanda, penahanan gubernur yang korup dan lain sebagainya.
Penyesalan yang sangat mendorong pikiran, "Ibarat nasi telah menjadi bubur" pun menjadi figura kehidupannya. Akan tetapi sikap optimis harus selalu ada, tak ada kata terlambat, karena semua mendambakan suatu kota yang aman dan nyaman, the ideal city. Keinginan untuk membangun kota yang ideal tak lepas dari tuntutan atau konsekwensi yang setimpal.
Pertama, introsfeksi diri. Introsfeksi adalah senjata ampuh untuk perubahan. Lingkungan adalah objek dan penghuni adalah subjek. Baik dan rusaknya lingkungan itu bergantung pada laku subjek. Al-Quran mengatakan, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka.." (QS. Al-Ruum: 41). Lingkungan rusak bukan sebab lingkungan itu sendiri, akan tetapi akibat ulah tangan buruk manusia. Selain lingkungan, perilaku masyarakat terutama para pemimpin harus direkonstruksi. Karena kehancuran sebuah negara atau kota akan mudah terealisasi jika pemimpinnya bukan orang yang benar-benar "orang", minimal jujur, adil dan amanah.
Kedua, tanamkan niat untuk membangun dan mean stream "Kotaku Surgaku". Penataan niat baik dan penanaman cita-cita baik akan mengantarkan pada tahap selanjutnya dan menjadi pijakan atas laku yang hendak diperbuat. Karena niat adalah pondasi semua perbuatan.
Ketiga, realisasikan niat dan cita-cita awal bersama-sama denga act. Baik yang berkenaan dengan lingkungan atau pun yang berkenaan dengan pribadi masyarakat, seperti membenahi tata ruang kota yang masih keliru, mencarikan solusi pembuangan limbah pabrik agar tak mengakibatkan polusi, misalnya dengan memfilter cerobong pembuangan asap pabrik, tidak membuang limbah ke sungai, memenajemen pengolahan sampah dengan baik dan benar, membuat taman kota yang nyaman, hutan kota pun jangan sampai ketinggalan, hindari penebangan pohon di pinggiran jalan, malahan sebaiknya menanam supaya asri dan sejuk, minimalisir penggunaan kaca pada bangunan supaya tak beresiko global warming, gunakan kendaraan ramah lingkungan (polusi) dan bangun public space yang gampang dijangkau.
Di samping itu, budaya latah dan individualis jangan menjadi figura diri, kecongkakan dan keserakahan sebaiknya dilumpuhkan. Semua itu demi terciptanya kota yang bebas dari polusi, polusi lingkungan dan keburukan diri masyarakat serta wewenang.Keempat, tumbuhkan dan realisasikan dengan act rasa saling memiliki. Adanya penyuluhan pada seluruh lini masyarakat. Dengan rasa saling memiliki tak akan ada sikap acuh atau apatis. Semuanya tak akan terwujud jika sekedar angan-angan dan sikap tak saling mendukung.

0 komentar:

Slideshow

Chat


ShoutMix chat widget